Review Panasonic DMC-LF1
Kemampuan kamera smartphone yang semakin mumpuni menempatkan kamera compact di posisi yang sulit. Apalagi dengan perkembangan kamera mirrorless yang pesat, mendapatkan kualitas foto terbaik dari kamera bertubuh mungil terasa semakin mudah. Namun, keberadaan kamera compact high-end masih banyak dicari, khususnya untuk dijadikan kamera kedua alias cadangan yang tidak memberatkan layaknya kamera DSLR. Apakah Panasonic DMC-LF1 bisa diandalkan untuk tugas tersebut?
Desain
Konsep desain yang diusung LF1 tidak jauh berbeda dari saudaranya di lini LX. Yang membedakan, desainnya lebih ringkas dibandingkan LX7 dan saudaranya. LF1 tampil cukup sederhana dan terlihat minimalis. Walaupun ukurannya cukup mungil dan pas dikantungi di saku celana atau baju, LF1 tetap dilengkapi deretan tombol fisik yang cukup lengkap. Selain itu, terdapat cincin pengatur yang mengitari lensa. Cincin ini mampu mengatur berbagai macam fungsi, seperti ISO, lebar diafragma, dan zoom sesuai mode pemotretan. Zoom in dan zoom out dengan cincin ini terasa responsif, berbeda dengan penetapan fokus secara manual yang terasa lama dan melelahkan.
Bagi yang ingin mengantunginya di saku celana, harap berhati-hati. Tombol on/off dengan mudah tertekan sehingga lensa menonjol dan tersangkut di dalam kantong. Tombol mode pemotretan pun cukup mudah bergeser tanpa sengaja saat akan dikeluarkan dari celana.
Di bagian atas bodinya, terdapat tombol pilihan mode pemotretan, tombol shutter dengan tuas zoom, dan tombol on/off di ujung terluarnya. Di bagian belakang terdapat layar berukuran tiga inci dengan 920.000 titik, ditemani sederet tombol fisik, antara lain scroll wheel, tombol fungsi, dan tombol playback yang terletak di sebelah kanan layar, memudahkan pengoperasian dengan satu tangan.
Kualitas layar baik dan tajam, serta cukup jelas saat dilihat di bawah pancaran sinar matahari.
Fitur
Panasonic menawarkan mode pemotretan yang lengkap. Selain mode iAuto, P/S/M/A, LF1 memiliki 16 scene modes, 15 creative style, dan mode pemotretan panorama. Jika bingung memilih mode kreatif yang ingin digunakan, Anda bisa mengaplikasikan berbagai efek yang sama setelah mengambil gambar, baik file orisinal maupun hasil pengeditan akan tersimpan. Salah satu mode yang cukup menyita perhatian saya adalah mode pemotretan 3D. Dengan menahan tombol shutter selama 10 jepretan sambil menggerakkan bidikan lensa ke sekitar objek, Anda bisa menghasilkan gambar dengan efek tiga dimensi.
Kehadiran lubang intip pada kamera saku kelas atas bukan hal baru. Canon telah melakukan hal serupa pada kamera seri G mereka, begitu pula Fujifilm pada X10 dan X20. Namun, Panasonic mengambil langkah yang sedikit berbeda, yaitu menyematkan lubang intip elektronik, bukan optikal seperti yang digunakan oleh kompetitornya. Sayangnya, lubang intip berukuran 0,2 inci ini tidak disandingkan dengan sensor jarak sehingga untuk berpindah dari layar LCD ke lubang intip, Anda harus rajin-rajin menekan tombol LVF di atas layar. Termasuk saat ingin melihat hasil foto pada layar LCD. Tingkat kecerahannya pun tidak banyak membantu di bawah paparan sinar matahari yang terik.
Selain koneksi Wi-Fi, Panasonic LF-1 ternyata telah memiliki fasilitas NFC. Dipadukan dengan perangkat lain yang memiliki fitur serupa, mengontrol kamera atau mengirim foto langsung dari kamera ke smartphone menjadi amat mudah. Anda hanya perlu mengunduh Panasonic Image App yang tersedia gratis di Google Play, kemudian menempelkannya ke sisi kiri kamera. Jika ponsel Anda belum mendukung NFC, Anda masih dapat menghubungkannya melalui Wi-Fi seperti kamera lain pada umumnya. Saat kami coba, memindahkan data dapat dilakukan dengan cukup cepat. Menjepret foto melalui smartphone sebagai viewfinder juga cukup nyaman, dengan refresh rate layar yang baik.
Performa
Untuk kategori kamera saku, kecepatan autofocus kamera ini termasuk memuaskan. Perpaduan sensor CMOS 1/1,7 inci dan lensa Leica dengan rentang 28-200 mm pun menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi. Hasil gambarnya tajam dengan warna-warna yang akurat pada rentang focal terlebar. Namun, semakin jauh jangkauannya, ketajaman gambar mulai memudar. LF1 juga dapat diandalkan dalam kondisi temaram. Hasil foto masih bisa digunakan (dicetak dengan ukuran cukup besar) hingga ISO 800, sedangkan tingkat noise mulai mengganggu pada ISO 1600 ke atas (masih memadai untuk dilihat di layar komputer).
Untuk baterai, LF1 dapat memotret sekitar 250-300 foto. Daya tahannya cukup baik dan di atas kebanyakan kamera saku yang sama mungilnya.
Berikut beberapa hasil foto asli (tanpa retouch) yang bisa dilihat dalam ukuran asli di flickr:
Kesimpulan
Panasonic menempelkan label harga yang cukup tinggi untuk LF1, yaitu sekitar Rp4.900.000. Kehadiran lubang intip elektronik merupakan tambahan yang menarik, tetapi terasa seperti gimmick belaka. Apalagi mengingat ukurannya yang terlampau kecil dan tingkat kecerahannya yang kurang.
Meskipun penyertaan lubang intip elektronik pada kamera compact merupakan inovasi yang patut diacungi jempol, kelebihan kamera ini terletak pada kecepatan auto focus dan hasil gambarnya yang tajam. Meskipun masih di bawah GF-Series dari Panasonic, LF1 sukses menggabungkan kemudahan penggunaan, bodi yang ringkas dan mudah dikantungi serta hasil yang baik.
Bagi Anda yang membutuhkan kamera liburan yang berkualitas dan mudah dikantungi, serta membutuhkan kemudahan ekstra untuk membagikannya ke jejaring sosial, Panasonic Lumix LF1 merupakan pilihan terbaik saat ini.
Alternatif: Olympus XZ-2, Fujifilm X20, Sony RX100, Nikon P7700, Canon G15