Quantcast
News

4 Sumber Energi Alternatif untuk Charging Ponsel

‘Go Green!’. Kalimat yang sering dikampanyekan berkali kali mengingat kondisi lingkungan yang semakin menyedihkan dari hari ke hari. Sayangnya, kampanye yang dikumandangkan tersebut sangat bertolak belakang dengan pola kehidupan manusia beberapa waktu terakhir. Termasuk maraknya penggunaan ponsel pintar yang membutuhkan energi besar sehingga charging ponsel menjadi ritual yang dilakukan setiap hari atau bahkan lebih dari 1x sehari. Ironisnya, penggunaan ponsel yang kian marak ternyata memiliki dampak pada lingkungan hidup.

Tentunya membatasi penggunaan ponsel pintar rasanya bukan solusi yang efektif. Namun ternyata masih ada cara lain untuk menyelamatkan lingkungan, yakni dengan mencari sumber energi lain yang bisa digunakan untuk mengisi ulang baterai ponsel. Seperti 5 bahan berikut yang bisa digunakan sebagai alternatif sumber energi tanpa memberikan dampak nnegatif terhadap lingkungan.

Suara Bising / Teriakan

‘Maki maki saja ponselnya biar panas’ kalimat seperti itu seringkali menjadi lelucon yang menempatkan ponsel sebagai sesuatu yang memiliki perasaan sehingga bisa ‘panas hati’ jika diteriaki atau dimaki maki. Tetapi percaya atau tidak, suara teriakan keras atau suara gaduh/bising memang bisa diubah menjadi sumber energi loo. Para peneliti divisi nanoteknologi Universitas Sungkyunkwan Korea Selatan sedang mengembangkan percobaan mengubah suara menjadi energi listrik.

Alat perantara utama yang dipakai untuk mengubah gelombang suara menjadi listrik adalah microphone yang menempel di ponsel. Para ilmuwan menempatkan potongan seng oksida di antara sepasang elektroda. Suara akan diserap oleh sebuah pad yang akan menyebabkan kawat seng oksida nanoscopic mengkompresi dan melepaskan sumber suara menjadi sumber energi. Sayangnya, hasil percobaan konversi energi suara hanya menghasilkan energi listrik yang sangat kecil. Sebagai perbandingan, 100 desibel sumber bunyi hanya dapat menghasilkan 40 milivolt energi listrik. Sementara untuk mengisi ulang baterai ponsel dibutuhkan voltase sekitar 3 – 5 Volt.

Percobaan mengasilkan energi listri dari suara memnag sedang diteliti lebih lanjut. Sumber suara yang sedang diteliti berasal dari teriakan, percakapan dan suara musik di cafe atau bar. Nantinya diharapkan berbagai sumber suara bisa bermanfaat untuk ponsel. Sebagai ilustrasi, dengan hanya sekedar kongkow di cafe atau klub malam maka secara otomatis baterai ponsel akan terisi. Jadi kegiatan hangout akan menghasilkan dual benefit, yaitu hiburan dan isi ulang baterai ponsel.

 Kotoran

Dirt

Bumi berikut isinya diciptakan untuk bermanfaat dan saling berkesinambungan, termasuk kotoran hewan. Para peneliti dari Universitas Harvard melakukan penelitian sel bahan bakar mikroba (MFC) yang dihasilkan oleh proses metabolisme bakteri pada kotoran. Permukaan konduktif akan mengirim elektron melalui anoda-katoda-resistor sirkuit untuk menghasilkan energi listrik. Penelitian tersebut telah berhasil untuk membuat energi yang cukup untuk daya LED di Tanzania dan Namibia. Langkah berikutnya adalah pengembangan energi litrik yang dihasilkan agar mampu digunakan untuk mengisi ulang baterai ponsel.

Penggunaan kotoran hewan sebagai sumber energi sebenarnya juga telah dikembangkan di berbagai negara termasuk Indonesia. Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

Hmmm…jika kotoran bisa menjadi gas, bukan tidak mungkin suatu saat kotoran hewan juga bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mampu mengisi ulang baterai ponsel.

Detak Jantung

Heartbeat

Hati manusia ibarat mesin yang efektif karena tidak kenal henti kecuali jika telah dipanggil oleh yang maha kuasa. Seperti kita ketahui bersama, denyut jantung adalah suara yang dikeluarkan oleh jantung dan akibat aliran darah melalui jantung. Berdasarkan kenyataan tersebut, Dr Zhong Lin Wang dari Georgia Isntitute of Technology, Amerika Serikat, menggunakan teknologi nano untuk mengkonversikan denyut jantung yang merupakan energi kinetik menjadi energi listrik. Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa hampir semua gerakan tubuh, mulai dari berjalan hingga detak jantung bisa menghasilkan listrik.

Teknologi ini menggunakan kawat nano seng oksida yang menghasilkan listrik ketika manusia dalam posisi tegang atau membungkuk. Dr Wang dan timnya berupaya menangkap dan menggabungkan energi dari jutaan kawat nano yang ukurannya super kecil. Saking kecilnya, 500 kawat nano bisa muat dalam sehelai rambut manusia.

Lima generator nano bersama-sama menghasilkan arus listrik sebesar 1 mikro ampere pada tegangan 3 volt. Ini setara dengan tegangan yang dihasilkan oleh dua buah baterai AA. Kabel dan generator nano yang lebih banyak dan dikumpulkan bersama-sama, bisa menghasilkan listrik yang cukup untuk memberi daya pada gadget seperti iPod atau ponsel. Dalam penelitiannya, Dr Wang dan timnya telah menggunakan teknologi ini untuk menyalakan layar LCD. Hmm…semoga nantinya akan dikembangkan penghubung yang lebih ‘cantik’ untuk menkonversikan denyut jantung ke ponsel ketimbang harus terhubung dengan ratusan kawat nano. Kan jadi kurang modis dok.

Minuman Bersoda

Cola

Prinsip konversi yang satu ini rasanya akan mudah dicerna oleh nalar. Anda mungkin seringkali mendengar saran teman atau keluarga ketika sedang tidak enak badan untuk meminum teh manis hangat. Saran tersebut patut didengar, karena manis dari gula merupakan sumber karbohidrat yang bisa dirubah oleh tubuh kita menjadi energi. Sementara itu, minuman bersoda yang juga rasanya manis tersebut merupakan sumber karbohidrat melimpah.

Desainer China Daizi Zheng melakukan percobaan mengisi ulang baterai ponsel lowend dengan menumpahkan minuman cola ke sebuah alat yang mengandung enzim denagn kemampuan sebagai katalis konversi karbohidrat menjadi energi. Sayangnya, percobaan sang desainer masih belum diteliti lebih lanjut oleh para ahli. Hmm…untuk yang satu ini saya sangat setuju, mengingat minuman bersoda dijual di mana mana, jadi tidak perlu repot mencari stop kontak listrik untuk mengisi ulang baterai. Cukup beli sekaleng minuman bersoda, setenganh untuk ponsel dan setengahnya lagi diminum. Baterai ponsel penuh, haus pun hilang.

Back to top button